Minggu, 04 Desember 2016

Jurnalistik Sekolah (Catatan Pelatihan Jurnalistik di SMPN 1 Megaluh Jombang)

Jurnalistik Sekolah
(Catatan Pelatihan Jurnalistik di SMPN 1 Megaluh Jombang)

Ada dua puluh lima anak didik. Dua puluh lima peserta yang hadir. Hari itu Minggu. Tetiba hujan mampir dan membasahi jalan sepanjang perjalanan menuju sekolah yang terletak di tengah sawah Dusun Paritan, meski sebenarnya awan nampak cerah-cerah saja. Basah yang tiada menyurutkan jalan pertama menggarap bidang jurnalistik ini.
Tetapi, mereka sudah datang lebih kurang setengah jam sebelum waktu yang dijanjikan: pukul 8 pagi. Tentu hujan belum tiba sebelum itu. Ada semacam kekuatan baru tatkala program ini diamini akhir September 2016. Dan itu, terdapat di sekolah bernama SMPN 1 Megaluh Jombang.
SMPN 1 Megaluh Jombang adalah lembaga pendidikan formal pertama yang tertarik mengikuti program ini (meski sebelumnya telah ada MTsN Rejoso Peterongan Jombang yang menjadi sasaran pelatihan ini dengan naungan media mayor). Antusias para peserta pelatihan cukup menjadi pertanda bahwa mereka mempunyai minat terhadap dunia jurnalistik, walau dalam perjalanannya sebagian besar dari mereka “tumbang-berjatuhan” ketika melintasi luasnya samudra pengetahuan bidang tersebut. Memang, hal ini dapat dimaklumi. Barangkali, dunia literasi dan jurnalistik bagi mereka bukanlah bidang yang menyenangkan sebab terlalu banyak bermain dengan bahasa dan tulis-menulis. Bahkan, ada yang menyepelekan dan menganggap remeh bahwa menulis berita sama seperti menulis status di media sosial yang tanpa diajari dan berteori pun mampu mereka tulis. Sungguh, pemikiran seperti ini yang harus dibuang jauh-jauh.
Akan tetapi, jurnalistik bukan sekadar menulis berita. Ada teknik yang harus digunakan. Sumber maupun narasumber yang jelas adalah keseharusan. Data, data, dan data, adalah hal yang sangat menentukan valid tidaknya kadar sebuah tulisan berita. Selain itu, unsur 5W+1H juga menjadi aspek yang tidak bisa dihindari sekejap pun; yang tentu saja dalam pelajaran Bahasa Indonesia telah mereka terima di kelas.
Perlu diketahui, Indepth Media Consulting (IMC) merupakan lembaga yang bergerak di bidang jurnalistik secara independen. Salah satu program yang dilaksanakan berupa pelatihan jurnalistik ke sekolah-sekolah. Pelatihan yang dimaksud yakni pemberian materi berupa jurnalisme dasar, teknik penulisan dasar, teknik reportase, dan teknik fotografi. Setelah itu, para peserta, yakni siswa-siswi, diberikan pendampingan sebanyak 4x pertemuan dengan durasi 2-3 jam. Hal ini dimaksudkan supaya mereka dapat menerapkan secara optimal materi-materi yang telah diberikan ke dalam bentuk tulisan berita; sehingga ke depannya mereka dapat menulis berita dengan baik, jujur, bertanggung jawab, dan bermuatan positif. Tidak hanya itu, berbagai kegiatan yang diadakan atau diikuti sekolah bersangkutan akan terpublikasi secara mandiri melalui tulisan-tulisan terampil siswanya sendiri, baik melalui website (laman), mading, buletin, dan majalah sekolah, maupun lini media massa lain yang telah menjalin kerjasama. Inilah beberapa tujuan program IMC.
Pada akhirnya, bahan bakar menulis, tak lain tak bukan adalah membaca. Teori-teori tentang menulis berita tentu takkan cukup diterapkan bilamana para siswanya jarang atau bahkan tidak pernah (mau) membaca. Beberapa kesalahan yang sering ditemui adalah kesalahan penggunaan ejaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Siswa belum sepenuhya paham dan mampu menerapkan bagaimana kalimat langsung maupun tidak, membedakan di- sebagai awalan maupun di- sebagai preposisi, atau penggunaan tanda baca (untuk menyebut beberapa contoh). Ini yang menjadi pekerjaan rumah IMC meluruskan seraya membantu pembenahan tersebut. Jadi, secara tidak langsung, selain tugas sebagai mentor juga sebagai guru (privat) bahasa Indonesia. Kekurangan bahan bacaan juga menjadi hambatan tersendiri. Selain itu, kosakata yang dikuasai kurang dan materi yang dikuasai sangat minim, sehingga berita yang ditulis juga miskin kosakata mapun materi berita.
Namun, barangkali, 2 Desember 2016 merupakan akhir dari pembimbingan jurnalistik ini. Seiring diserah-terimakan pengelolaan website sekolah secara mandiri yang merupakan bagian dari layanan program IMC. Dengan begitu, inilah awal bagi para siswa untuk terus melaju mengarungi lautan dunia literasi dan reportase. Bagaimana pun, bekal telah diberikan. Di titik ini, mereka telah tercebur dalam medan tersebut dan selanjutnya apakah tetap mengikuti arus itu ataukah turut berhenti sampai di sini. Yang pasti, waktu dan konsistensi yang akan menempa mereka. [*]